Bertahan Tujuh Hari hanya Minum Air

21 January 2014 | 22:10
Bertahan Tujuh Hari hanya Minum Air

MAKASSAR, FAJAR -- Betul kata pepatah, air adalah bagian sumber kehidupan. Dalam kondisi tanpa makanan sekalipun, air bisa menjadi penyelamat untuk bisa bertahan hidup.

Itulah bagian dari kisah empat siswa pendaki yang ditemukan selamat di gunung Bawakaraeng, Selasa 21 Januari, kemarin. Keempat pendaki yang masih berstatus pelajar ini terpaksa harus bertahan hidup tanpa makanan selama tujuh hari tersesat.

Keempat pendaki itu masing-masing Muhammad Setiawan Ramadan alias Iwan (16 tahun), Andra (17 tahun), Iksan (17 tahun) dan Aldi (16 tahun). Mereka melakukan pendakian ke lembah Ramma sejak Minggu 12 Januari lalu.

Informasi yang dihimpun FAJAR, cuaca yang ekstrem membuat ke empat pendaki ini kehilangan orientasi medan alias tersesat saat hendak pulang ke Lembanna. Ransum mereka juga sudah habis sejak, Selasa 14 Januari. Dalam kondisi tersesat, para pendaki ini memilih bertahan hidup tepat di bawah air terjun kembar, Biroro. Mereka bernaung di sebuah tenda doom mereka.

Dalam posisi bertahan, keempat pendaki ini tidak bisa berbuat banyak dengan cuaca yang ekstrem. Mereka harus bertarung melawan rasa dingin air hujan yang mengguyur sepanjang hari. Kabut yang sangat tebal membuat mereka tidak bisa bepergian terlalu jauh, takut nanti semakin tersesat.

"Kita sudah kedinginan semua. Tidak bisa banyak bergerak. Kita juga sudah sangat lapar," jelas seorang pendaki, Iwan saat menjalani perawatan di Puskesmas Tinggimoncong, Selasa 21 Januari, kemarin.

Siswa Kelas II SMA Mahaputra Makassar itu mengatakan, dalam kondisi itu, dia hanya bisa berharap bantuan yang datang sebagai penyelamat. Soalnya, mereka sudah kesulitan membuat api. Ransum pun sudah dihabiskan sejak tiba di lembah Ramma.

Tidak hanya sekadar melawan dingin, keempat pendaki ini juga harus melawan lintah-lintah yang mengisap darah mereka sepanjang malam. Lintah-lintah itu baru ketahuan setelah pagi hari. Mereka pun mencabutinya satu per satu.

Aksi Heroik Andra

Senin 20 Januari, salah seorang pendaki yang tersesat itu, Andra turun ke perkampungan meminta bantuan. Itu karena hanya siswa SMA Wahyu Makassar itu memiliki sedikit tenaga dibanding tiga orang temannya mencoba turun gunung dengan mengikuti arus sungai. Andra turun gunung hanya berbekal jas hujan dan botol air mineral.

"Tiga teman saya terpaksa saya tinggalkan karena sudah kedinginan semua. Saya berinisiatif turun meminta bantuan," jelas Andra.

Selama perjalanan, Andra merobek satu per satu jas hujan Ponco miliknya. Sobekan itu sebagai tanda arah perjalanannya dari camp tempat tiga rekannya beristirahat. Awalnya perjalanan Andra berjalan mulus. Namun, saat hari mulai malam, Andra kembali kesulitan melakukan orientasi medan. Dia terpaksa melakukan perjalanan tanpa cahaya sedikit pun. Dia berjalan dengan meraba situasi yang ada di sekitarnya.

Sesekali, Andra menabrak pepohonan. Bekas tabrakan itu terlihat dari banyak luka yang ada di kedua betisnya. Dalam perjalanan tanpa cahaya itu, Andra juga kerap merasakan ketakutan. Beberapa kali, dia mendengar seperti suara harimau. Dia juga sesekali dikagetkan dengan suara monyet dan ular.

"Mungkin itu halusinasi saya. Kalau mendengar seperti itu, terpaksa saya bersembunyi.

Andra mengaku sempat putus harapan untuk hidup malam itu. Dia terus berjalan hingga pagi tiba. Saat matahari terlihat, Andra mulai merasakan sesuatu yang aneh menghinggapi mata kanannya. Setelah disentuh, ternyata ada lintah yang melengket di matanya. Saat bertemu FAJAR, mata Andra terlihat merah pekat.

"Itu bekas gigitan lintah. Sudah saya cabut, kemarin," jelas dia.
Harapan untuk hidup kembali muncul saat siswa kelas 3 SMA Wahyu Makassar ini mendengarkan suara sepeda motor di jalan setapak. Pengendara sepeda motor itu adalah Kamaruddin alias Adi bersama istrinya.

"Saya berteriak tolong-tolong. Mereka pun mendekati saya," jelas dia.
Belakangan Kamaruddin dan istrinya dikenal sebagai peternak sapi di kawasan itu. Mereka hendak melihat sapi mereka yang dilepas bebas di kaki gunung Bawakaraeng. "Dia sempat tanya ke saya; 'bukan kamu yang hilang itu?'. Dia lalu menurunkan istrinya dari motor dan mengevakuasi saya ke rumahnya," jelas Andra.

Adi kemudian melaporkan temuannya itu ke pos Basarnas yang ada di Lembanna. Tim pencari kemudian meminta petunjuk ke Andra mengenai lokasi ketiga rekannya. "Saya tunjukkan jejak bekas potongan jas hujan itu ke Basarnas," jelas dia. Dari petunjuk inilah, tim pencari akhirnya berhasil menemukan ke empat pendaki itu dalam keadaan selamat.

Pembina SAR UNM, Sukran yang ikut dalam proses evakuasi itu mengatakan jika tiga orang rekan Andra ditemukan dalam kondisi yang sedikit lemah tidak jauh dari tenda mereka. Mereka di evakuasi ke Lembanna dengan bantuan sejumlah warga sekitar lainnya.

"Mereka kedinginan semua. Baju mereka basah semua," jelas Sukran.
Juru Bicara Badan SAR Nasional (Basarnas) Makassar Dewy Meliyana Yusuf mengatakan jika para pendaki itu selamat berkat laporan Andra. Dari laporan Andra inilah, Basarnas berhasil mengetahui posisi rekan Andra yang masih bertahan di tenda mereka. "Kita dapat posisi mereka dari Andra," jelas dia.

Nuansa Mistis

Kepada FAJAR, Andra dan rekan-rekannya mengaku tidak tahu pasti lokasi mereka hingga tersesat. Menurutnya, saat pulang, mereka hanya berputar-putar tidak jelas arah. "Sepertinya kita tidak diperlihatkan jalan. Mungkin ada berkali-kali saya kembali ke tempat yang sama," jelas Andra.

Andra mengaku ada nuansa mistis dari proses hilang mereka itu. Andra dan rekan-rekannya mengaku takabbur saat pulang. "Kita teriak-teriak dan sambil menyanyi-nyanyi," jelas dia. Tidak lama berselang, cuaca ekstreem pun tiba dan membuat mereka disorientasi medan.

Orang tua pendaki Iwan, Syamsul mengatakan, ke empat pendaki ini hanya bisa pasrah saat tersesat. Mereka hanya menangis dan terus berdoa saat mulai kehabisan makanan. "Saya tanya ke mereka. Katanya, mereka bergantian menangis dan berdoa," jelas dia.

Syamsul berterima kasih kepada semua tim pencari dari warga setempat dan tim SAR gabungan. Dia mengaku mendapat bantuan yang sangat besar dari pencarian anak-anaknya.

Komentar

Postingan Populer